Data Global Cancer Observatory 2018 dari World Health Organization (WHO) menunjukkan kasus kanker yang paling banyak terjadi di Indonesia adalah kanker payudara, yakni 58.256 kasus atau 16,7% dari total 348.809 kasus kanker. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan, angka kanker payudara di Indonesia mencapai 42,1 orang per 100 ribu penduduk. Rata-rata kematian akibat kanker ini mencapai 17 orang per 100 ribu penduduk. Upaya pencegahan dan pengendalian kedua jenis kanker tersebut dilakukan dengan cara deteksi dini pada perempuan usia 30-50 tahun. Metode yang digunakan adalah Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS).
- Apa itu Kanker Payudara ?
Kanker payudara adalah kondisi ketika sel kanker terbentuk di jaringan payudara. Kanker bisa terbentuk di kelenjar yang menghasilkan susu (lobulus), atau di saluran (duktus) yang membawa air susu dari kelenjar ke puting payudara. Kanker juga bisa terbentuk di jaringan lemak atau jaringan ikat di dalam payudara. Kanker payudara terbentuk saat sel-sel di dalam payudara tumbuh tidak normal dan tidak terkendali. Sel tersebut umumnya membentuk tumor yang terasa seperti benjolan. Meski biasanya terjadi pada wanita, kanker payudara juga bisa menyerang pria. - Gejala Kanker Payudara ?
Ada beberapa tanda dan gejala kanker payudara yang perlu diwaspadai, seperti:
- Benjolan pada payudara atau pengerasan yang berbeda dari jaringan sekitar.
- Perubahan pada ukuran, bentuk, atau tampilan dari payudara.
- Perubahan pada kulit payudara, seperti cekungan.
- Retraksi atau inversi dari puting payudara.
- Pengelupasan kulit di sekitar puting payudara.
- Kemerahan atau pembesaran pori-pori kulit payudara, yang dapat menyerupai kulit jeruk.
Terkadang, kanker payudara tidak menunjukkan adanya gejala tertentu. Oleh sebab itu, sangat penting untuk melakukan SADARI atau periksa payudara sendiri setiap bulan, 10 hari setelah masa haid berakhir. Raba dengan teliti searah jarum jam payudara Anda sendiri. Konsultasikan dengan dokter bila Anda menemukan hal yang tidak biasa. Selain sadari, Anda dianjurkan pula untuk melakukan skrining atau penapisan kanker payudara dengan metode mamografi secara rutin setidaknya setahun sekali atau sesuai petunjuk dokter.
3. Penyebab Kanker Payudara ?
Penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti. Para pakar memperkirakan bahwa sekitar lima sampai sepuluh persen angka kejadian kanker payudara dikaitkan dengan mutasi gen yang diturunkan secara genetik. Selain itu ada beberapa faktor risiko terjadinya kanker payudara, yaitu :
- Jenis kelamin. Angka kejadian kanker payudara pada wanita jauh lebih tinggi dibandingkan pada pria.
- Usia. Seiring dengan bertambahnya usia, risiko terjadinya kanker payudara semakin meningkat.
- Riwayat kanker payudara pada diri sendiri. Bila seseorang pernah mengalami kanker payudara pada salah satu payudara, risiko terjadinya kanker payudara di sisi lainnya juga bisa meningkat.
- Riwayat kanker payudara pada keluarga. Bila nenek, ibu, tante, adik, kakak, atau anak terdiagnosis dengan kanker payudara, terutama pada usia muda, risiko kanker payudara seseorang juga bisa meningkat.
- Obesitas. Kelebihan berat badan kini dikaitkan dengan semakin banyak terjadinya masalah kesehatan lain seperti gangguan jantung, diabetes, dan kanker, termasuk kanker payudara.
- Mulai menstruasi pada usia lebih muda. Mulai menstruasi sebelum usia 12 tahun dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker payudara
- Mulai menopause pada usia lebih tua. Mulai menopause pada usia lebih tua juga dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker payudara
- Paparan radiasi
- Belum pernah hamil
4. Diagnosa Kanker Payudara ?
Penentuan diagnosis kanker payudara dapat diperoleh lewat serangkaian tindakan medis, pemeriksaan fisik secara langsung, dan pemeriksaan penunjang tertentu. Pada pemeriksaan fisik, dokter akan memeriksa kedua payudara serta kelenjar limfe pada daerah ketiak, untuk meraba adanya benjolan atau abnormalitas lainnya.
Pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan mencakup mamogram yang merupakan foto payudara untuk penapisan kanker payudara. Bila hasil mamogram menunjukkan adanya kelainan, dokter akan merekomendasikan proses pemeriksaan penunjang lainnya untuk evaluasi lebih lanjut.
Ultrasonografi (USG) payudara juga dapat dilakukan untuk menentukan bilakah benjolan payudara yang ada merupakan massa padat atau kista yang berisi cairan. Selain itu, pemeriksaan Computerized Tomography (CT) scan dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) juga mungkin saja dilakukan.
Pemeriksaan biopsi kemudian merupakan cara yang diperlukan untuk memastikan diagnosis kanker payudara. Sampel jaringan yang diambil pada saat biopsi akan dikirim ke laboratorium untuk menentukan apakah sel dari benjolan tersebut bersifat ganas dan merupakan sel kanker atau bukan.
5. Pengobatan Kanker Payudara ?
Penanganan kanker payudara antara pasien yang satu dengan pasien lainnya bisa berbeda-beda. Hal ini bergantung pada jenis kanker yang dialami, stadium kanker, ukuran massa, serta sensitivitas sel kanker terhadap hormon. Dokter juga akan mempertimbangkan status kesehatan individu secara keseluruhan serta preferensi pribadi masing-masing pasien.
Sebagian besar penderita yang menjalani prosedur pembedahan untuk kanker payudara juga mendapatkan penanganan lain sebelum dan/ atau sesudah pembedahan, seperti kemoterapi, terapi hormonal, atau terapi radiasi.
Prosedur pembedahan untuk kanker payudara mencakup pengangkatan kanker atau benjolan (lumpektomi), pengangkatan seluruh payudara (mastektomi), pengangkatan jumlah terbatas dari kelenjar limfe (sentinel node biopsy), atau pengangkatan beberapa kelenjar limfe (axillary lymph node dissection). Prosedur pembedahan yang dilakukan juga bergantung pada stadium dan penyebaran kanker payudara.
Radioterapi juga dapat dilakukan dengan menggunakan energi sinar X dan proton untuk mematikan sel kanker. Sementara kemoterapi dilakukan dengan menggunakan obat-obatan untuk mematikan sel kanker. Terapi penghambat hormon bisa digunakan bila kanker diketahui sensitif terhadap hormon estrogen atau progesteron.
6. Pencegahan Kanker Payudara ?
Pencegahan kanker payudara dapat dilakukan dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) atau pemeriksaan oleh petugas medis. SADARI atau periksa payudara sendiri setiap bulan, 10 hari setelah masa haid berakhir. Raba dengan teliti searah jarum jam payudara Anda sendiri.
Karena tingginya angka kanker payudara di Indonesia, setiap wanita disarankan untuk menerapkan gaya hidup sehat yang mencakup pola makan gizi seimbang, olahraga rutin, cukup istirahat, dan pengelolaan stres yang baik.
Wanita menyusui diketahui secara statistik memiliki kecenderungan lebih rendah untuk mengalami kanker payudara di kemudian hari. Meski begitu, tetap andalkan pola hidup sehat bagi Anda yang pernah menyusui atau pun tidak. Selain itu, bagi wanita yang diketahui memiliki risiko tinggi mengalami kanker payudara, pemeriksaan lebih rutin dan teliti tentu sangat diperlukan. Terdapat beberapa pilihan prosedur kesehatan tertentu yang bisa didiskusikan dulu dengan dokter untuk menentukan strategi pencegahan yang paling ideal. (admin/red)